Selasa, 05 April 2011

Makalah Pribadi


MAKALAH
PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR
Tentang
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN REALISTIK MATEMATIKA INDONESIA ( PMRI )   DI SEKOLAH DASAR
DOSEN : DR.SAMSUDIN


Disampaikan dalam memenuhi syarat Tugas Mandiri Ujian Tengah Semester (UTS)



 








Oleh :

SODIKIN
NIM. 5520090081




PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SAFI’IYAH  JAKARTA
TAHUN 2011





KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Allah SWT dan dengan didorongkan dengan keinginan yang luhur ,maka makalah ini dapat saya selesaikan.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mandiri Ujian Tengah Semester (UTS) pada  mata Kuliah “Pengembangan Sumber Belajar “
Dalam kesempatan penyusun menyampaikan terimakasih kepada Bapak DR.Samsudin selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Makalah ini.
Tiada gading yang tak retak,dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan,baik dari isi materi maupun pemaparan kata yang tepat.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang memotivasi sangat saya harapkan.semoga makalah ini dapat berguna bagi pembuat khususnya dan para pembaca serta teman-teman seperjuangan.

Serang, 3 April 2011
Penyusun


Sodikin
NIM.55 20090081




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii        
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................. 1
B.    Tujuan............................................................................................. 2
C.    Batasan........................................................................................... 2
 BAB II KAJIAN TEORI
A.    Pengertian RME............................................................................... 3
B.    Peran Pembelajaran RME ................................................................ 3
C.    Kajian Teori Belajar.......................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN

A.    Pengembangan Pmri Di Sekolah Dasar ............................................ 8

BAB  IV KESIMPULAN

A.    Kesimpulan ..................................................................................... 10
B.    Saran .............................................................................................. 10


Daftar Pustaka ......................................................................................... 11





BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keterlaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi wajib diikuti adanya tigas aspek yang harus berubah yaitu Perubahan paradigm pembelajaran dari penilaian dari paper pen tes ke penilaian berbasis kelas. Paradigm belajar mengandung makna bahwa siswa diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam hal ini fungsi guru sebagai fasilisator dan motivator, guru mengembangkan kegiatan pembalajaran memungkinkan siswa menemukan sendiri konsep baru yang dipelajari dengan motivasi guru.
Paul Suparno (1997 : 61) mengatakan bahwa “belajar adalah proses aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuan barunya berdasarkan pengetahuan yang telah dipunyai sehingga terjadi perubahan perilaku yang relatif permanen”. Dalam hal ini peran guru membantu siswa agar terjadi proses konstruksi secara optimal antara lain dengan cara (1) mengaitkan materi atau bahan ajar dengan dunia nyata, (2) mengaitkan materi atau bahan yang dipelajari dengan materi prasyarat, dan (3) memotivasi belajar siswa. Menurut Ausubel, belajar bermakna adalah proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang telah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bvermakna terjadi apabila seseorang mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Jika pengetahuan baru tidak berhubungan dengan pengetahuan yang ada, maka pengetahuan baru itu akan dipelajari siswa melalui belajar hafalan.
Dari uraian diatas, penting bagi seorang guru untuk mengembangkan diri dalam mengelola pembalajaran sehingga dapat meningkatkan perannya membantu siswa sehingga mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuan baru melalui belajarn bermakna. Apabila tidak terjadi belajar bermakna yang terjadi bagi siswa adalah belajar hafalan, yang hanya tersimpan di memori jangka pendek. Selanjutnya siswa sulit untuk mengekspresikan apa yang telah dipelajari. Akibatnya sering guru mengatakan pada umumnya siswa kurang memahami materi prasyarat dalam mempelajari materi, tertentu.                       



Beberapa guru telah melakukan pembelajaran dengan berbagai pendekatan antara lain PAKEM, CBSA, PMRI, MEQIP, dan lain-lain. Dalam makalah (bahan ajar) ini akan diuraikan secara ringkas bagaimana seorang guru mengelola pembelajaran matematika denga pendekatan PMRI (Pendekatan Matematika Realistik Indonesia).

B.     Tujuan
Makalah (bahan ajar) ini disusun dengan tujuan :
1.      Memberikan tambahan pengetahuan peserta tentang inovasi pembelajaran matematika dengan pendekaatan PMRI.
2.      Memberikan gambaran pola pembelajaran berpusat pada siswa
3.      Memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran matematika realistic dii sekolah dasar.
4.      Memberikan gambaran pola peningkatan mutu pembelaraj matematika di sekolah dasar.

C.    Batasan Materi Bahan Ajar
Pembahasan materi pada bahan ajar ini antara lain :
1.      Pengertian Pendidikan Matematika Realistik Indonensia (PMRI)
2.      Model Pembelajaran berdasarkan PMRI
3.      Strategi peningkatan mutu pembelajaran matematika (PMRI di sekolah dasar)












BAB  II
KAJIAN TEORI
PENGEMBANGAN (PMRI)

A.    Pengertian
RME adalah singakatan Realistic Mathematics Education.
RME merupaka teori pembelajaran matematika yang  dikembangakn pertama kali di Belanda, yang sampai saat ini sudah di implementasikan kurang lebih 45 tahun. Di Indonesia RME dikembangakan dan  di implementasikan dengan nama PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia), oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan beberapa perguruan  tinggi sebagai pemrakarsanya seperti UPI di Bandung, UNESA di Surabaya, USD di Yogyakarta, UNY di Yogyakarta, serta beberapa perguruan tinggi di luar Jawa seperti Palembang, Kalimantan Selatan.
RME atau PMRI menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika diajarkan. Matematikak tidak sekedar ilmu pengetahuan yang merupaka fakta-fakta yang harus dihafal oleh peserta didik, melainka matematika dipandang sebagai aktivitas manusia. Peserta didik yang belajarn matematika harus melakukan aktivitas untuk membentuk, menemukan, dan memanipulasi dari benda-benda konkrit atau masalah-masalah kontekstual yang lain yang dekat dengan peserta didik yang sedang belajar. Sehingga matematika  diajarkan melalui serangkaian aktivitas yang realistic (nyata) yang dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa.

B.     Paradigma Baru Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika harus lebih bermakna, yaitu memberikan bekal yang memadai kepada siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih  tinggi dan memasuki dunia kerja. Peserta didik adalah manusia yang mempunyai potensi untuk belajar dan berkembang. Peserta didik harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Guru hanya sebagai fasilisator dan motivator, yang berperan :
                   

                                                                                                         
-       Menyediakan pengalaman belajar
-       Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresika gagasan-gagasannya dan mengomunikasikan ide ilmiah mereka
-       Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif
-       Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa
-       Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak (Suparno, 1997)

C.    Beberapa teori belajar
Belajar merupakan aktivitas mental yang tidak dapat dilihat dari luar, apa yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang yang sedang belajar itu. Menurut Winkel (1991 : 36) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara sesorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang relative konstan dan berbekas.
Menurut Nasution (2000 : 34) belajar adalah perubahan-perubahan dalam system urat saraf. Belajar adalah pembentukan hubungan-hubungan tertentu dalam siswa urat saraf sebagai respon-respon terhadap stimulus. Belajar adalah mengurangi hambatan (resistance) pada synaptic gaps.  Belajar adalah pembentukan saluran-saluran yang lancara dalam system urang saraf.
Hilgard yang dikutip Nasution (2000 : 35) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh factor-faktor baik. Perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang tidak baik tidak termasuk latiha, misalnya perubahan kakrena mabuk-mabukan atau menggunakan ganja atau narkotik bukan termasuk hasil belajar.



 


                                                                                           
Ausubel yang dikutip Suparno (1997 : 53) menyatakan bahwa belajarn bermakna adalah proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang telah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna akan terjadi apabila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
Menurut Suparno (1997 : 61) belajar merupaka proses aktif pelajar mengkonstruksi arti, baik dari teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupaka proses mengasimilasi dan mengakomodasi dalam rangka menghubungkan pengalaman atau bahan yang sedang dipelajari dengan pengertian yang telah dipunyai, sehingga pengetahuan itu dikembangkan. Proses tersebut becirikan antara lain :
1)      Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan sendiri oleh siswa dari apa yang mereka lihat, mereka dengar, mereka rasakan, dan mereka alami. Proses konstruksi dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2)      Belajar merupaka proses mengkonstruksi arti yang berlangsung secara terus menerus setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru. Proses konstruksi it uterus berlangsung, baik secara kuat atau lemah.
3)      Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih ke suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.
4)      Proses belajar sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam kerahuan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan tersebut merupakaan situasi yang baik untuk memacu belajar.
5)      Pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lilngkungannya dapat mempengaruhi hasil belajar.
6)      Kemampuan awal siswa, tujuan pembelajaran, dan motivasi belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi seseorang dengan lingkungan dan aktivitas itu merupakan proses aktif dalam mengkonstruksi arti, baik dari teks, diolog, pengalaman fisik, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam system urat saraf.
              



                                                                                                            
D.    Contoh Pembelajaran PMRI
Dari teori-teori belajar di atas tidak ada satupun teori yang menyatakan bahwa siswa belajar melalui transfer melalui informasi-informasi satu arah yang selama ini dilaksanakan oleh sebagian besar guru di sekolah dasar. Berikut disajikan contoh-contoh kegiatan pembelajaran PMRI mengacu teori-teori belajar diatas.
Contoh
Standar Kompetensi         :  Melakukan penjumlah dan pengurangan bilangan sampai 20
Kompetensi Dasar            :  Membilang banyak benda
                                         :  Mengurutkan banyak benda
                                         :  Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20
Indikator                          :  1.  Membilang banyaknya jari tangan kanan
                                            2.  Membilang banyaknya jari tangan kiri
                                             3. Membilang banyaknya benda (misalnya, lidi atau sedotan) kurang dari 10
                                             4.  Membandingkan banyaknya dua kelompok benda
                                             5.  Mengelompokkan benda menurut banyaknya
                                             6.  Menjumlahkan dua kelompok benda hasilnya kurang dari 10
Peralatan yang  diperlukan :
1.      Gambar keluarga dengan anggota keluarga serta kelengkapannya.
2.      Tangan kanan dan tangan kiri siswa
3.      Lidi atau sedotan (siswa bisa diminta membawa dari rumah).
4.      Lembar kerja berupa gambar-gambar benda yang jelas
Kegiatan Pembelajaran :
1.      Kegiatan pendahuluan :
1.1.    Guru bercerita tentang keluarganya, kemudian membilang banyaknya anggota keluarganya (Ayah, Ibu, Andi, Susi, Dian).
                                                                                                                  
1.2.    Kemudiank guru mendemonstrasikan cara membilang banyak jari tangan kanan, kemudian membilang banyaknya jari tangan kiri dan membandingkan banyakanya.



2.      Kegiatan Inti.
2.1.    Guru menyuruh salah satu siswa maju ke depan kelas diminta nama adik. Siswa tersebut diminta menyebutkan banyak anggota keluarganya. Dan diteruskan membilang banyak jari tangan kanan dan jari tangan kiri.
2.2.    Seorang lagi diminta maju dengan perintah yang sama.
2.3.    Siswa dikelompokkan empat atau lima orang siswa, kemudian setiap kelompok diberika beberapa sedotan warna merah (7 batang) dan sedota biru (5 batang).
2.4.    Setiap kelompok diminta membilang dan membandingkan (dengan mengatakan sedota mana yang lebih banyak) dari kedua sedotan yang ada. Jawaban siswa dengan memperagakan sesuai dengan kreativitas siswa.
2.5.    Selama siswa bekerja guru mengamati kinerja siswa, dengan memberikan bimbingan jika diperlukan, jika siswa sudah bekerja dengan baik, guru tinggal melakukan penilaian proses berfikir siswa, termasuk aktivitas dan kreativitas siswa.
2.6.    Selanjutnya siswa diberikan lembar kerja secara individual berupa gambar-gambar, karena pada dasarnya siswa kelas I belum mampu membaca, sehingga perintah sederhana pada LKS dibacakan oleh guru. Berikut contoh lembar kerja siswa :

                                                                                                                            








                                                                                                                                  
BAB III
PENGEMBANGAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan salah satu invasi pembelajaran matematika merupakan pendekatan yang sudah diyakini dapat merubah pola pikir guru dan siswa terkait dengan makna pembelajaran. Artinya paradigm belajar akan terlaksana dengan baik apabila PMRI ini dipahami dan dilaksankan guru dengan serius dan disiplin dengan dukungan kepala sekolah dan bimbingan pengawas dan nara sumber lain.
Seperti telah diinformasikan di depan bahwa RME telah diimplementasikan di Belanda sekitar 45 tahun yang lalu dan sampai sekarang masih terus dikembangkan dan diimplementasikan. Perlu dipahami bersama bahwa pendekatan ini tidak akan bisa berhasil jika pelaksanaan dan implementasi pembelajaran ini hanya sesaat, seperti hanya melalui diklat, seminr, workshop, pembekalan, tanpa ditindaklanjut dengan implementasi di kelas beberapa tahuan kedepan. Itupun masih diperlukan pendampingan dalam pelaksanaannya.
Dari uraian diatas, pola pengembangan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia melalui tahapan-tahapan sbb:

1.      Tahap sosialisasi dan Deseminasi
Sosialisasi dan Deseminasi dilaksanakan melalui pembekalan PMRI bagi Guru,Kepala Sekolah ,dan Pengawas. Ketiga komponen pendidik ini harus mengetahui ,memahami,dan mampu mengimplementasikan pembelajaran PMRI dengan peran, guru sebagai pelaksana implementasi di Kelas ,kepala sekolah mempasilitasi kegiatan dan pembimbing,serta pengawas sebagai pembimbing dan pendamping.

2.      Tahap Pendampingan
Dalam pelaksanaan pembelajaran PMRI di kelas ,diperlukan pendamping oleh orang lain , kenapa..? pada saat pembelajaran seorang guru kurang bahkan tidak bias melihat kekurang-kekurangannya.untuk pembelajaran sangat perlu dilakukan.perlu diingat bahwa pendamping adalah pembimbing bukan sekedar mencarai kesalahan-kesalahan.                                         


3.      Tahap Refleksi
Pada kegiatan pendampingan banyak ditemukan kekurangan ,dan klemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran ,baik berupa penguasaan materi,cara mengelola pembelajaran ,maupun pembimbingan secara individual terhadap siswa.dari temuan-temuan itu didiskusikan antara guru dan pembimbing yang hasil diskusi itu digunakan dalam penyusunan rencana Pelaksanaan Pembelajaran .


4.      Alur pengembangan PMRI
Tahap I
Dana DIPA LPMP
Pesrta guru,Kesek dan pengawas
Pendamping :Kepsek,Pengawas
Penda,mpingan
Pelaksanaan
Pembelajaran
Diklat/pembekalan
Workshop/Seminar
Tahap II
Dana Block Grant
KKG,KKKS,KKPS
 







Monitoring dan
Evaluasi
Widyaiswara,dosen
(Dikti,LPMP,P4TK)
PENYUSUNAN RPP
Guru,pengawas,Kepsek,Widyaiswara,
Dosen
REFLEKSI
TAHAP IV
Dana DIPA LPMP
TAHAP III
Dana Block Grant
KKKG,KKKS,KKPS
 

















BAB  IV
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Perubahan paradigm pembelajaran dan paradigma mengajar  ke paradigma belajar merupakan agenda yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran matematika pendekatan pembelajaran yang dipilih atau yang tepat mengacu ke paradigma tersebut adalah PMRI.Pendidikan Matematika Realistik Indonesia semestinya dilaksanakan dengan sungguh sehingga dapat merubah pola pembelajaran bagi guru dan siswa. Dengan harapan dapat meingkatkan mutu pembelajaran matematika di Indonesia bermuara meningkatnya mutu pendidikan matematika di Indonesia. Supaya pelaksanaan pembelajaran matematika ini tidak mengalami perubahan makna perlu adanya pendampingan dan refleksi secara berkelanjutan .
B.      Saran
Implementasi pembelajaran berdasarkan PMRI diperlukan dukungan dana dan motivasi bagi guru dan siswa . untu itu disarankan kepada pihak-pihak terkait seperti kepala sekolah,Dina Pendidikan Kabupaten/kota ,LPMP,P4K untuk mengalokasikan dana dalam pelaksanaan pendidikan matematika tersebut.















DAFTAR PUSTAKA

Ausybel .1968 . Educational Psychology A Cognitive view.New York.
Rinerket and Winson .

Marpaung ,y. 1999. “ Mengajar ketertinggalan Kita dalam Pendidikan Matematika Mengutamakan Proses Berfikir Dalam Pembelajaran Matematika” Makalah seminar Pembukaan Program S3Pendidikan Matematika,UNESA,Surabaya,10 September 1999.
ution . 2000 . Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajara Mengajar
Jakarta : Bumu Aksara.

Tatang. 2004 Pendekatan Pembelajaran Matematika ,Jakarta :
Depdiknas











Tidak ada komentar:

Posting Komentar